Minggu, 28 Februari 2010

SENI MENDENGAR … KEPRIBADIAN … KARIR

Sekedar berbagi cerita … Hari minggu kemarin, 28/02 saat ke Gereja, ada topik yang sangat menarik dalam isi khotbah Pastor, dan saya ingin berbagi dengan anda.

Inti sarinya kurang lebih sebagai berikut : “ Mendengar “ merupakan bentuk dari kepribadian .
Apa hubungannya Mendengar dengan kepribadian ? Penjelasannya seperti berikut :

Ada 3 faktor yang mempengaruhi kualitas “ Mendengarkan” .
1. Telinga
2. Hati
3. Pikiran

Pastor saya ini memberikan ilustrasi seperti ini.

Jika orang marah, Mengapa dia berteriak dengan volume suara yang tinggi. Padahal lawan bicaranya jaraknya dekat dengan dia ….

Apakah lawan bicaranya ada masalah telinga ? …. Tidak

Pertanyaan ini mudah, tapi rasanya sulit untuk memberikan jawaban yang memuaskan.

Kemudian Pastor ini memberikan ilustrasi lain. Jika ada sepasang kekasih berpacaran, mengapa dengan volume suara terkecilpun, lawan bicaranya dapat mendengar .

Wah bener juga … dalam hati saya. Tapi apa hubungannya .

Pastor ini melanjutkan, Mendengar bukan hanya urusan telinga, ilustrasi diatas menunjukkan bahwa Hati berperan disitu. kenapa ada yang berteriak-teriak seperti ini karena hatinya sangat jauh, dan untuk ilustrasi kedua, kedua pasangan kekasih ini memiliki hati yang begitu dekat satu sama lain.

Yang ketiga Pikiran. Masih dengan ilustrasi kedua, Meski anda sepasang kekasih, pernahkan anda merasa seakan tidak ada disitu. Anda sedang memikirkan perusahaan anda, atau orang tua anda sedang di opname di Rumah Sakit, atau jika hari minggu anda sudah memikirkan hari senen besok membayangkan wajan angker Bos di kantor, dll. Poinnya, pikiran anda tidak Fokus pada lawan bicara anda.

Kurang lebih, itulah inti dari khotbah Pastor saya ini. Dimana hal menariknya, hingga saya berpikiran ini harus dishare dengan anda. Ketiga rangkaian ini, yaitu Mendengar dengan kesatuan telinga, hati , dan pikiran akan menjadikan kita orang yang menyenangkan, dihargai oleh orang lain, dan berbagai sifat positif lain yang bisa dirasakan oleh orang lain. Dimanapun kita berada, dimanapun posisi struktural dalam organisasi perusahaan dari sisi orang lain, mereka melihat kita sebagai sosok yang penuh simpati & empati, nilai positif bagi kita sendiri, dukungan untuk kemajuan kita akan semakin besar, baik berupa transfer knowledge & Skill, input informasi, dll yang membuat anda semakin kuat. Orang lainpun akan senang jika anda memimpin mereka.

Dimanapun posisi struktural anda ( jika anda bekerja di perusahaan ) , rekan sejawat anda akan senang dan mendukung anda untuk menjadi pemimpin mereka. Dengan adanya dukungan ini, plan action, program perbaikan dan apapun rencana tim anda, akan berhasil, karena Tim bekerja dengan sepenuh hati. Dan saya masih percaya dengan ungkapan “ Politik terbaik yaitu Hasil “ . Jika sampai disini, dengan kinerja Tim anda yang sangat baik, aneh bagi saya, jika Bos tidak mempromosikan anda ke posisi lebih tinggi .

6 Langkah melakukan Perubahan



Kenapa orang sulit melakukan perubahan ? Jika dalam Tim kerja ada orang seperti ini, ibarat bermain bola, permainan kita jelas ndak akan efektif. Ada lagi istilah “ Tidak ada visi bermain “ , atau apapun sebutannya intinya masalah kalau tidak ada perubahan. Di halaman depan modul trainning Leadership, ada tulisan “ Jika berubah tidak ada jaminan untuk tetap hidup atau akan mati, tapi jika tidak berubah kita pasti mati “ .

Ok … cukup sampai disini saya berargumen agar anda setuju dengan saya jika perubahan itu penting & perlu. Atau saya berasumsi saja kalau anda setuju dengan saya .”

Begitu mudah buat kita menemukan kesalahan bawahan ketika tidak mengikuti action/strategi Tim. Coba kita, maksudnya saya dan anda bertanya ke diri sendiri, sebenarnya kita sudah memenuhi ekspectasi bos terkait dengan tema perubahan ini. Atau malah, bos berpikir justru kitalah penghambat perubahan. Wah … gawat kalau kejadian seperti ini, bahasa warkop-nya “ atas bawah kena “ .

Banyak masukan, sebenarnya problem kenapa terjadi seperti ini, hanya Komunikasi. Yaitu pesan perubahan tidak dipahami secara utuh oleh penerima/lawan bicara. Tapi kalau saya pikir lebih jauh, berdasarkan pengalaman tentunya. Perubahan (P ) ini tidak hanya fungsi tunggal komunikasi (K)

P= f (K )


Contoh kasus seperti dibawah :

Tahun 2005 an (kurang lebih) PT. YKK Zipper Indonesia menerapkan sistem Management by Objecctive (MBO) untuk mengukur kinerja karyawan dan terkoneksi dengan sestem grading & penggajian. Dari sebelumnya penilaian subjective dan cenderung mengikuti standar kenaikan dari pemerintah ( rata ), beralih ke angka-angka yang jelas dan sangat terukur menunjukkan sebenarnya performa pekerja seberapa besar. Tidak mulus … ada resistensi dari karyawan, tidak hanya karyawan senior, yang baru pun demikian. Dari kondisi nyaman, karena kinerja yang kurang bagus akan tertutupi oleh yang bagus, menjadi orang perorang seperti memiliki lampu sorot sendiri-sendiri. Intinya sulit lah awal implementasinya … sejauh saya tahu level pimpinan juga pontang panting mengikuti strategi ini. Sepertinya ide brilian ini tidak berasal dari staff Indonesia, kadang saya berpikir ini kerjaan staf japan.

( Maaf, kalimat terakhir paragraf diatas hanya Hipotesa saya, tanpa data observasi yang bisa dipertanggung jawabkan )

Karena penerapan sistem ini sangat-sangat kuat, seperti berlaku hukum alam… yang memiliki kemampuan kerja maka dialah yang dapat bertahan . Sistem MBO berperan sebagai Change Agent, mulai dari knowledge, skill, dan attitude bisa terupgrade selaras dengan strategi perusahaan . Ukurannya, YKK masih bertahan, bertumbuh, dan tetap menguasai pangsa terbesar Zipper di Indonesia & Asia Oceania ( data 2008 )


Kesimpulannya, Perubahan harus bersifat Top Down dan diperlukan tekanan dari atas ke bawah. Problemnya bagaimana dengan posisi kecil kita dalam struktur organisasi bisa mempengaruhi kebijakan perusahaan ?

Ada 6 Langkah yang bisa kita lakukan untuk mendorong adanya perubahan ditingkat company.

1. Kita harus memiliki visi yang jelas, sebenarya apa yang kita ingin capai , sampai harus melakukan perubahan.
2. Yakinkan Diri kita, jika diri kita sendiri bisa melakukannya
3. Yakinkan Tim kita, Jika Tim kita sendiri bisa melakukannya
4. Tentukan Rencana Perubahan ( Action Plan ) komplet dengan indikator keberhasilannya.
5. Buktikan strategi perubahan Tim anda ( Sudah bukan lagi anda sendiri ) tepat, dengan angka-angka yang menunjukkan progress keberhasilan. Kita masih bicara Trend keberhasilan.
6. Buktikan dengan angka keberhasilan, Komunikasikan strategi anda ke dalam Metting tingkat perusahaan, bicara dengan data.

6 Step ini harus berurutan, banyak ketidak berhasilan berawal justru dari kita sendiri , istilah Bos Korea saya “ Show Manship “ terjemahannya kurang lebih “ sekedar cari muka atau Asal Bapak Senang “ . Jika target kita hanya sebatas ini ( meski tidak kita sadari ) saya tidak yakin anda bisa mengatasi tekanan dari bawah

Kesimpulannya, kita harus modifikasi model fungsi perubahan, menjadi :

P = f( K, V, C, T,G )


P : Perubahan
K : Komunikasi
V : Visi
C : Confidence ( Percaya diri )
T : Team Support
G : Goal