Kamis, 22 Maret 2012

Dasar Perancangan Meja dan Kursi Ergonomis



Pendahuluan
 Masih lekat diingatan, awal tahun ini, kita dihebohkan pembelian kursi-kursi mewah untuk ruang Banggar di DPR, seharga hampir 20 milyar. Benar-benar sangat menyedihkan, bahkan kata"menyakitkan" terasa pas untuk menggambarkannya. Wakil rakyat yang harusnya sebagai representasi rakyat sudah jauh dari harapan. Saya tidak ingin mempolitisir, tapi untuk membuat kursi ergonomis saya hampir tidak bisa memahami  jika harus membeli dari Jerman. Memang betul, perancangan sebuah perlengkapan kerja ergonomis harus mengikuti kaidah-kaidah tertentu sehingga benar-benar menimbulkan rasa nyaman dan aman saat dipakai. penelitian pra design, tahap design, teknik pengerjaan, dan pemilihan material, tidak hanya memerlukan kemampuan teknis seorang dari seorang engineer, tapi kedalaman imajinasi akan menjadi pembeda pada hasil akhirnya, dan tidak ada yang perlu diragukan dari teknologi Jerman.
Namun saya sangat yakin, industri dalam negeri mampu merealisasikannya jika diberi kesempatan ( saya pikir malah akan lebih baik hasilnya, karena data-data penelitian berasal dari dimensi tubuh orang Indonesia pada umumnya )

Saya sudah ingin upload artikel ini sejak 3 bulan lalu, karena kesibukan, baru sekarang bisa saya upload. 
Dasar perancangan meja dan kursi ergonomis yang saya sampaikan ini, merupakan landasan teori yang saya gunakan untuk menyusun tugas kuliah S1 tahun 2007, yang berjudul "Usulan Perbaikan Rancangan Meja dan Kursi Kerja yang Ergonomis pada Lini packaging PT. X ". Oleh karena itu apa yang saya sampaikan lewat artikel ini, akan mengacu pada  perancangan meja dan kursi. 

Sesungguhnya, tidak hanya pada obyek ini (meja & kursi), rancangan/disain yang ergonomis pada produk-produk yang operasionalnya berhubungan dengan manusia merupakan persyaratan dasar yang termasuk dalam  6 dimensi kualitas produk, lihat link artikel ini ;
http://www.dedylondong.blogspot.com/2011/11/kualitas-produk.html

Berikut beberapa contoh penerapan ilmu ergonomi dalam desain.

Motor Cycle
Keyboard
Mouse


Trolley













Bottle
Hand phone


















1. Pendekatan Ergonomis Dalam Perancangan Tempat Kerja
       Ergonomi adalah suatu cabang ilmu yang sistematis untuk memanfaatkan informasi-informasi mengenai sifat, kemampuan serta keterbatasan manusia untuk merancang suatu sistem kerja sehingga orang dapat hidup dan bekerja pada sistem dengan baik, yaitu mencapai tujuan yang diinginkan melalui pekerjaan itu, dengan efektif, aman dan nyaman .[1]
            Aspek penting dari perancangan tempat kerja  yaitu: Daerah kerja horizontal pada sebuah meja dan kursi kerja/meja .[2]


Meja Kursi Ergonomis

2.  Daerah Kerja Horizontal
        Batasan untuk jarak menjangkau semakin meningkat jika operator mengendalikan beberapa macam gerakan tubuh
     Dalam bukunya R.M.Barnes ( Motion and Time Study , terbit tahun 1980 ) mendefinisikan daerah kerja “ normal” dan “maksimum “, dengan batasan yang ditentukan oleh ruas tengh jari ( mid points of fingers ), sebagai berikut :
                        Daerah Normal:
Lengan bawah yang berputar pada bidang horisontal dengan siku tetap.
Daerah maksimum:
                        Lengan direntangkan keluar dan diputar sekitar bahu.

          R.R Farley pada tahun 1955 memberikan dimensi untuk daerah kerja pada gambar 1, yang telah dikutip dan dikembangkan secara meluas ( R.R. Farley, General Motors Engineering journal, Vol.2, no.6, 1955, 20-25 )
Gambar 1. Batasan – batasan daerah kerja yang dikembangkan oleh R.R Farley 
pada General Motor pada tahun 1955 ( Ukuran dalam mm )
( Sumber: Eko Nurmianto, Ergonomi konsep dasar dan Aplikasinya, hal 94 )

 3.  Ekonomi Gerakan ( Motion Economic )
          Prinsip ekonomi gerakan dihubungkan dengan penggunaan badan/anggota tubuh manusia, antara lain :
  1. Manusia memiliki kondisi fisik dan struktur tubuh yang memberi keterbatasan dalam melaksanakan gerakan kerja.
    2.  Bila mungkin kedua tangan harus memulai dan menyelesaikan gerakannya dalam waktu yang bersamaan
    3Kedua tangan jangan menganggur pada waktu yang bersamaan kecuali sewaktu istirahat.
    4Gerakan tangan harus simetris dan berlawan arah
    5Untuk menyelesaikan pekerjaan, maka hanya bagian – bagian tubuh yang memang diperlukan sajalah bekerja agar tidak terjadi penghamburan tenaga dan kelelahan yang tidak perlu.
    6Hindari gerakan patah – patah karena akan cepat menimbulkan kelelahan.
  7. Pekerjaan  harus diatur sedemikian rupa sehingga gerak mata terbatas pada bidang yang menyenangkan tanpa perlu sering mengubah fokus.

                Prinsip ekonomi gerakan dihubungkan dengan tempat kerja berlangsung.
     1.  tempat – tempat tertentu tak sering dipindah – pindah harus disediakan untuk semua alat dan bahan sehingga dapat menimbulkan kebiasaan tetap ( gerak rutin )
2. letakkan bahan dan peralatan pada jarak yang dapat dengan mudah dan nyaman dicapai pekerja sehingga mengurangi usaha mencari - cari. Berikut contoh meletakkan material benda kerja yang memungkinkan gerakan keja normal dan standar jangkauan dari pekerja yang umum digunakan dalam mengatur penempata material atau peralatan kerja. ( Gambar 1 )
3. Tata letak bahan dan peralatan kerja diatur sedemikianrupa sehingga memungkinkan urut – urutan gerakan yang terbaik.
4. Tinggi tempat kerja ( mesin, meja dan kursi kerja, dan lain – lain ) harus sesuai dengan ukuran tubuh manusia sehingga pekerja dapat melaksanakan kegiatannya dengan mudah dan nyaman.
5. Kondisi ruangan pekerja seperti penerangan, temperatur, kebersihan, ventilasi udaran dan lain – lain. Harus diperhatikan benar – benar sehingga dapat diperoleh area kerja yang lebih baik.

4.  Studi Gerakan ( Motion Study )
     Adalah suatu studi tentang gerakan – gerakan yang dilakukan pekerja untuk menyelesaikan pekerjaannya.  Guna melaksanakan maksud ini, Frank dan Lilian Gilberth telah berhasil menciptakan simbol dari gerakan – gerakan dasar kerja yang dikenal dengan nama THERBLIG.            
        Dari ke 17 elemen therblig, pada dasarnya dapat diklasifikasikan menjadi efektif atau inefektif therblig.

                a.    EFFECTIVE THERBLIG
·         Physical Basic Departmentons.
-   Menjangkau ( reach )
-   Membawa ( move )
-   Melepas ( release )
-   Memegang ( Grasp )
-   mengarahkan awal ( Pre-position )
·         Objective Basic Departmentons
-       Memakai ( use )
-       Merakit ( assemble )
-       Mengurai rakit ( diassemble )
    b.    INEFFECTIVE THERBLIG
·               Mental  atau  Semi-Mental Basic Departmenton
-   Mencari ( search )
-   Memilih ( select )
-   Mengarahkan ( position )
-   Memeriksa ( inspect )
-   Merencanakan ( plan )
·               Delay
-   kelambatan yang tak terhindarkan ( unavoiddable delay )
-   Kelambatan yang dapat dihindarkan ( avoidable delay )
-   Istirahat untuk menghilangkan lelah (rest to overcomefatigue)
-   Memegang untuk memakai ( hold)

5.  Anthropometri
            Anthropometri menurut Stevension ( 1998 ) dan Nurmianto (1991) adalah satu kumpulan data numerik yang berhungan dengan karakteristik fisik tubuh manusia ukuran, bentuk, dan kekuatan serta penerapan dari data tesebut untuk penanganan masalah desain.
            Penerapan data anthropometri ini akan dapat dilakukan jika tersedia nilai mean (rata – rata) dan SD ( standar deviasi ) dari suatu distribusi normal  . [3]
             Distribusi normal ditandai dengan adanya nilai mean dan SD. Sedangkan percentil adalah suatu nilai yang menyatakan bahwa persentase tertentu dari sekelompok orang yang dimensinya sama dengan atau lebih rendah dari nilai tersebut. Misalnya : 95% populasi adalah sama dengan atau lebih rendah dari 95% percentil ; 5% dari populasi berada sama dengan atau lebih rendah dari 5% percentil. Besarnya nilai percentil dapat ditentukan dari tabel probabilitas distribusi normal.
            Dimensi tubuh manusia dipengaruhi oleh beberapa faktor yang menjadi satu pertimbangan dalam menentukan sample data yang akan diambil. Faktor-faktor tersebut adalah ;
a.       Umur, ukuran tubuh manusia akan berkembang dari saat lahir sampai sekitar umur 20 tahun untuk pria dan 17 tahun untuk wanita. Ada kecenderungan berkurang setelah 60 tahun
b.      Jenis kelamin, pria pada umumnya memiliki dimensi tubuh yang lebih besar kecuali bagian dada dan pinggul
c.       Rumpun  dan suku bangsa
d.      Sosial ekonomi dan konsumsi gizi yang diperoleh
e.      Cacat tubuh secara fisik
                    Anthropometri dibagi atas dua bagian yaitu :
a.       Anthropometri statis, pengukuran manusia pada saat posisi diam
b.      Anthropometri dinamis, yaitu pengukuran keadaan dan ciri – ciri fisik manusia dalam keadaan bergerak atu memperhatikan gerakan-gerakan yang mungkin terjadi saat pekerja melaksanakan kegiatannya.

6.  Gambar dan Nama Dimensi Tubuh Manusia ( Anthropometri )

Gambar 2. Antropomethri tubuh manusia yang diukur dimensinya
( Sumber: Eko Nurmianto, Ergonomi konsep dasar dan Aplikasinya, hal 52 )
    
Keterangan Gambar :
1               = dimensi tinggi tubuh dalam posisi tegak ( dari lantai s/d ujung kepala )
2               = tinggi mata dalam posisi tegak
3               = tinggi bahu dalam posisi tegak
4               = tinggi siku dalam posisi berdiri tegak ( siku tegak lurus )
5               = tinggi kepalan tangan yang terjujur lepas dalam posisi tegak       ( dalam    gambar tidak ditunjukkan )
6               = tinggi tubuh dalam posisi duduk ( diukur dari alas tempat 
                duduk / pantat sampai dengan kepala )
7               = tinggi mata dalam posisi duduk
8               = tinggi bahu dalam posisi duduk
9               = tinggi siku dalam posisi duduk ( siku tegak lurus )
10           = tebal atau lebar paha
11           = ujung paha yang diukur dari pantat s/d ujung lutut
12           = panjang paha yang diukur dari pantat s/d bagian belakang  
         dari lutut /betis
13           = tinggi lutut yang bisa diukur baik dalam posisi berdiri    
         ataupun duduk
14           = tinggi tubuh dalam posisi duduk yang diukur dari lantai sampai dengan   paha
15           = lebar dri bahu ( bisa diukur dalam posisi berdiri ataupun duduk )
16           = lebar pinggul / pantat
17     = lebar dari dada dalam keadaan membusung ( tidak tampak ditunjukkan dalam gambar )
18     = lebar perut
19     = panjang siku yang diukur dari siku  sampai dengan ujung jari
20     = lebar kepala
21     = panjang tangan diukur dari pergelangan sampai dengan ujung jari
22     = lebar telapak tangan
23     = lebar tangan dalam posisi tangan terbentang lebar – lebar kesamping kiri – kanan ( tidak ditunjukkan dalam gambar )
24     = tinggi jangkauan tangan dalam posisi berdiri tegak, diukur dari lantai sampai tangan yang terjangkau lurus keatas ( vertikal )
25     = tinggi jangkauan tangan dalam posisi duduk tegak, diukur sperti halnya no 24 tetapi dalam posisi duduk ( tidak ditunjukkan dalam gambar )
26     = jarak jangkauan tangan yang terjulur kedepan diukur dari bahu sampai ujung jari tangan.
        
7. Pengumpulan data anthropometri
             Sebelum  merancang meja dan kursi kerja, penulis terlebih dahulu melakukan pengukuran.                        Berikut dimensi – dimensi tubuh ( anthropometri ) yang akan digunakan untuk merancang meja dan kursi kerja .
a.             TPo ( Tinggi Popliteal )
Definisi                             : Tinggi popliteal adalah jarak vertikal dari alas lantai sampai bagian bawah paha
Penggunaan   : Data ini berguna untuk menentukan tinggi permukaan duduk dari alas lantai
Pertimbangan               : Harus memperhatikan kekenyalan penutup alas duduk.

Gambar 3. Tinggi Popliteal
  b.      PPo ( Pantat Popliteal )
                                Definisi                 : pantat popliteal adalah jarak horizontal dari bagian terluar pantat sampai lekukan lutut sebelah dalam ( popliteal ) paha dan kaki bagian bawah membentuk sudut siku – siku.
                                Penggunaa         : Data ini berguna untuk menentukan panjang alas duduk

Gambar 4.  Pantat Popliteal

c.       LP ( Lebar Pinggul )
                    Definisi : lebar pinggul adalah jarak horizontal dari bagian luar pinggul sisi kiri sampai bagian terluar pinggul sisi kanan
                    Penggunaan       : Data ini berguna untuk menentukan panjang alas duduk

Gambar 5.  Lebar pinggul

d.      TSP ( tinggi sandaran punggung )
Definisi : Tinggi sandaran punggung adalah jarak vertikal dari permukaan alas duduk sampai puncak tulang belikat
Penggunaan       : Data ini berguna untuk menentukan tinggi sandaran punggung dari alas duduk.
Gambar 6.  Tinggi Sandaran Punggung

e.      LSD ( Lebar Sandaran Duduk )
                                Definisi                 : Lebar sandaran duduk adalah jarak vertikal dari tulang belikat sebelah kiri ke tulang belikat sebelah kanan.
Penggunaan : Data ini berguna untuk lebar sandaran duduk. namun dengan alasan estetika dan kenyamanan maksimal, lebar sandaran duduk penulis sesuaikan dengan lebar pinggul.
Gambar 7.  Lebar Sandaran Duduk
f.        TSD ( tinggi siku duduk )
                                Definisi : Tinggi siku duduk adalah jarak vertikal dari permukaan alas duduk sampai ujung bawah siku lengan atas membentuk sudut siku-siku dengan lengan bawah.
                                Penggunaan       : Data ini berguna untuk menentukan tinggi meja kerja dari alas.
Gambar  8. Tinggi Siku Duduk
  
g.    Lebar bahu ke pungung ( LBP )
        Definisi : Lebar bahu ke punggung diukur dari pusat pesendian di bahu sampai punggung
        Penggunaan       : Untuk menghitung jangkauan normal terhadap punggung, sehingga dapat diketahui jarak efektif meja kerja terhadap tubuh
Gambar 9. Lebar Bahu ke Punggung ( LBP )
      
h.    JJ ( jangkauan jauh)
            Definisi                 : Anthropometri dinamis yang mengukur rentang lengan keluar diputar sekitar bahu.    Penggunaan    Untuk menentukan  panjang dan lebar minimum meja kerja
Gambar  10. jangkauan  Jauh

                  
i.      JN ( jangkauan normal )
        Definisi : Anthropometri dinamis yang mengukur panjang lengan bawah yang berputar pada bidang horizontal dengan siku tetap.
        Penggunaan       : Menentukan letak alat – alat kerja agar berada dalam jangkauan optimum.
Gambar  11. jangkauan normal
            

8.  Kuisioner
 Data diperoleh dengan menggunakan Kuisioner Nordic Body Map

Gambar 12. Kuisioner Nordic Body Map
                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                           
9. Pembebanan Otot Secara Statis Pada Saat Melakukan Kerja
            Beban otot statis terjadi ketika otot dalam kaadaan tegang ( tension ) tanpa menghasilkan gerakan tangan atau kaki (limbs ). Pergerakan rithmik yang dinamis adalah proses pemompaan aliran darah oleh organ tubuh manusia. Beban otot statis terjadi ketika postur            tubuh berada pada kondisi yang tidak natural. Kondisi tersebut diilustrasikan pada gambar 13
Gambar 13 Pengaruh dari tingkat usaha pada lamanya usaha
( Sumber: Eko Nurmianto, Ergonomi konsep dasar dan Aplikasinya, hal 19

10.   Peta Tangan Kiri dan Tangan Kanan
 Peta ini menggambarkan semua gerakan – gerakan bekerja dan waktu menganggur yang dilakukan oleh tangan kiri dan tangan kanan, juga menunjukkan perbandingan antara tugas yang dibebankan pada tangan kiri dan tangan kanan ketika melakukan suatu pekerjaan.
                Kegunaan Peta Tangan kiri dan tangan kanan :
1.Menyeimbangkan  gerakan kedua tangan dan mengurangi kelelahan
2.       menghilangkan atau mengurangi gerakan – gerakan yang tidak efisien dan tidak produktif sehingga akan mempersingkat waktu
3.       Sebagai alat untuk menganalisa tata letak stasiun kerja
4.       Sebagai alat untuk melatih pekerja baru, dengan cara yang ideal.

11.   Konsep Persentil
                Secara statistik, terlihat bahwa ukuran tubuh manusia pada suatu populasi tertentu akan terkonsentrasi pada suatu nilai tengah, dan suatu bagian kecil dari harga ekstrim akan berada dikedua sisi kurva sistribusi. Karena tidaklah praktis untuk mendesain bagi seluruh bagian populasi. Maka dilakukanlah pemilihan pada bagian tengah dari distribusi, dimana sebagian besar nilai terkonsentrasi. Sebagian besar data anthropometri dinyatakan dalam bentuk persenctil. Suatu populasi, untuk kepentingan studi, dibagi dalam seratus kategori prosentase, diurutkan dari nilai terkecil sampai nilai terbesar, pada suatu ukuran tubuh tertentu. Persentil satu ukuran tinggi tubuh, sebagai contoh menunjukkan bahwa 99% dari populasi yang diamati mempunyai tinggi diatas ukuran itu. Demikian juga nilai persentil 95% dari ukuran tinggi tubuh menunjukkan bahwa terdapat  5% bagian populasi yang memiliki ukuran lebih  dari nilai tersebut dan 95% sisanya memiliki tinggi yang sama atau lebih rendah.
Gambar 14. Konsep persentil untuk Anthropometri Statis dan Dinamis

12.   Perancangan Kursi Kerja
      Kursi untuk kerja dengan posisi duduk dirancang dengan metode floor-up, yaitu dengan berawal pada permukaan lantai, untuk menghindarkan adanya tekanan dibawah paha.  Setelah ketinggian kursi didapat kemudian barulah menentukan ketinggian meja kerja yang sesuai dan konsisten dengan ruang yang diperlukan untuk paha dan lutut.
Kriteria kursi kerja yang ideal adalah sebagai berikut :
a.       Stabilitas produk
  Diharapkan suatu kursi mempunyai empat atau lima kaki untuk menghindarkan ketidakstabilan produk. Kursi lingkar yang berkaki lima hendaklah dirancang dengan posisi kaki kursi berada pada bagian luar proyeksi tubuh. Adapun kursi dengan kaki-gelinding sebaiknya dirancang untuk permukaan yang berkarpet, karena akan terlalu beba ( mudah ) menggelinding pada lantai vynil.
b.      Kekuatan produk
      Kursi kerja haruslah dirancang sedemikian rupa sehingga kompak dan kuat dengan konsentrasi perhatian pada bagian-bagian yang mudah retak ilengkapi dengan system mur – baut ataupun keeling  - pasak pada bagian sandaran tangan ( arm-rest ) dan sandaan punggung ( back – rest ). Kursi kerja tidak boleh dirancang pada populasi dengan persentil dan seharusnya cukup kuat untuk menahan beban pria yang berpersentil 99.
c.     Mudah dinaik-turunkan ( Adjustable )
            Ketinggian kursi kerja hendaklah mudah diatur pada saat kita duduk, tanpa harus turun dari kursi.
d.    Sandaran punggung
            Sandaran punggung adalah penting untuk menahan beban punggung kearah belakang ( lumbar spine ). Hal itu haruslah dirancang agar dapat digerakkan naik – turun maupun maju-mundur. Selain itu harus pula dapat diatur fleksibilitasnya sehingga sesuai dengan bentuk punggung.
e.      Fungsional
            Bentuk tempat duduk tidak boleh menghambat berbagai macam alternative perubahan postur ( posisi )
f.        Bahan material
            Tempat duduk dan sandaran punggung harus dilapisi dengan material yang cukup lunak.
g.       Kedalaman kursi
            Kedalaman kursi ( depan-belakang) haruslah sesuai dengan dimensi panjang antara lipat lutut ( politeal ) dan pantat ( buttock ). Wanita dengan anthropometri 5 persentil haruslah dapat menggunakan dan merasakan manfaat adanya sandaran punggung ( back rest )
h.      Lebar kursi
            Lebarkursi minimal sama dengan lebar pinggul wanita 5 persentil populasi
i.         Lebar sandaran punggung
            Lebar sandaran punggung seharusnya sama dengan lebar punggung wanita 5 persentil populasi. Jika terlalu lebar akan mempengaruhi kebebasan gerak siku.

a.       Rekomendasi Perancangan Kursi
a.     Tinggi kursi
               Ketinggian  tempat duduk harus sesuai. Bila terlalu tinggi, akan menyebabkan gangguan peredaran  darah ditungkai bawah. Bila terlalu rendah akan berakibat: punggung lebih membungkuk, kesulitan berdiri, dan membutuhkan ruang tungkai ( leg room ) yang lebih luas. Jadi tinggi idealnya akan berada sekitar tinggi belakang lutut ( fosa poplitea ), cenderung sedikit lebih rendah.
b.    Kedalaman tempat duduk
                  Kedalaman tempat duduk perlu mendapat perhatian. Bila terlalu dalam ( melebihi ukuran pantat ke belakang lutut ) akan berakibat tekanan pada daerah belakang lutut tersebut. Bila terlalu sempit ( min. lebar 30 Cm ) masih dapat memenuhi syarat.
c.     Sandaran
                   Semakin tinggi sandaran punggung, makin baik menyangga pinggang. Sandaran medium, menyangga sampai bahu. Sudut sandaran punggung yang terlalu besar, sebagian besar berat badan akan disangga, sehingga tekanan berat ke pinggul menjadi berkurang.              Sudut optimal sekitar 100o – 110o  ( Sanders et.all,1993 ) sudut permukaan duduk yang optimal adalah 5 o – 10 (Sanders et.all,1993 )
d.    Alas duduk
               Guna alas ini adalah untuk mendistribusikan berat tubuh pada permukaan yang lebih besar. Secara umum direkomendasikan ketebalan alas adalah 4-5 cm ( sanders et.all,1993 )

b.      Meja kerja Untuk Posisi Duduk
      Masalah pemilihan tinggi meja dan kursi kerja diilatar belakangi oleh sejumlah studi penelitian. S. konz menyebutkan studi-studi terdahulu dan menjelaskan dalam sebuah eksperimennya. ( “ Design of work station “. J. Industrial engineering., July 1967, P.413 ). Rata-rata proses
produksi diukur pada setiap posisi dengan operator yang berbeda dan dalam analisa variansi ketinggian tersebut diubah menjadi berbagai macam ketinggian berarti. Yang paling baik adalan 50 mm dibwah siku, 50 mm diatas siku mengurangi produksi sekitar 1% dan 150 mm dibawah siku menyebabkan produksi berkurang 2,8% .  

    1. Metode Perancangan dan Pengembangan Produk
           Proses perancangan dan pengembangan produk adalah urutan langkah-langkah atau kegiatan – kegiatan dimana suatu perusahaan berusaha untuk menyusun, merancang, dan merekomendasikan suatu produk. Secara umum proses pengembangan produk dibagi dalam 6 fase , sebagai berikut :
a.             Perancangan
     Kegiatan ini mendahului persetujuan proyek dan proses peluncuran pengembangan produk awal.
b.            Pengembangan produk
     Konsep adalah uraian dari bentuk, fungsi, dan tampilan suatu produk dan biasanya dibarengi dengan spesifikasi, analisa produk pesaing serta pertimbangan ekonomis produk.
C.            Perancangan tingkatan system
      Mencakup difinisi arsitektur dan uraian produk menjadi subsistem – subsistem serta komponen – komponen. Out put dari fase ini biasanya mencakup tata letakbentuk produk, spesifikasi secara fungsional dari tiap subsistem produk, serta diagram alian proses pendahuluan untuk proses perakitan akhir.
d.        Perencanaan detail
          Mencakup spesifikasi lengkap dari bentuk, material, dan toleransi-toleransi dari seluruh komponen unik pada produk dan identifikasi seluruh komponen standar yang dibeli dari pemasok. Hal lain yang harus diperhatikan adalah ergonomic dan estetika produk.
e.           Pengujian dan perbaikan
            Melibatkan konstruksi dan evaluasi dari bermacam-macam versi awal produk. Prototipe awal biasanya dibuat dengan menggunakan komponen – komponen dengan bentuk dan jenis material pada produksi sesungguhnya, namun tidak memerlukan proses pabrikasi dengan proses yang sama dengan yang dilakukan produksi sesungguhnya.
f.         Produksi awal
            Pada fase ini, produk dibuat dengan menggunakan system produksi yang sesungguhnya dengan tujuan untuk melatih tenaga kerja dalam memcahkan permasalahan – permasalahan  yang mungkin timbul paa proses sesungguhnya. Tahapan dilakukan adalah desain untuk proses manufactur, pembuatan prototype manufactur, penguji prototype, dan analisis ekonomi teknik. Analisa ekonomi teknik untuk mendapatkan gambaran tentang biaya pembuatan produk, nilai ekonomi produk, prediksi keuntungan. Hasil dari analisis ekonomi teknik dapat digunakan sebagai alat untuk mengambil keputusan jika terjadi perubahan-perubahan rencana pengembangan.

Sekian dan Semoga Bermanfaat


[1] Sutalaksana,teknik tata Cara Kerja, hal 65
[2] Eko Nurmianto, Ergonomi Konsep Dasar dan Aplikasinya, hal 93
[3] Eko Nurmianto, Ergonomi konsep Dasar dan Aplikasinya, hal 50

Tidak ada komentar:

Posting Komentar