Rabu, 16 Mei 2012

Strategi Bisnis “Serba Tanggung”


Strategi Bisnis berfokus pada peningkatan posisi bersaing produk ( barang dan jasa ) dalam segmen pasar tertentu. Strategi bisnis mengatasi masalah bagaimana perusahaan  dan unit-unitnya dapat bersaing dalam bisnis dan industri. Kenyataannya, mendesain strategi bisnis akan dihadapkan pada pertanyaan-pertanyaan berikut :
1. Haruskah bersaing dengan biaya rendah, atau melakukan diferensiasi ?
2. Haruskah bersaing secara langsung untuk pangsa pasar yang besar, atau hanya bermain di ceruk ?

Michael Porter memberikan alternatif dua strategi generik untuk mengungguli peusahaan tertentu, yaitu biaya rendah dan differensiasi. Untuk pasar yang luas/besar, maka strateginya dikenal degnan kepemimpinan biaya ( cost leadership) dan differensiasi. Sedang untuk pasar yang sempit/ceruk, dikenal dengan fokus biaya dan differensiasi terfokus.

Strategi Bersaing Generik dari  Porter 

KEPEMIMPINAN BIAYA
Kepemimpinan biaya ( cost leadership ) adalah strategi bersaing biaya rendah yang ditujukan untuk pasar yang luas dan mengharuskan “membangun” secara agresif fasilitas-fasilitas dengan skala efisien, pengurangan biaya yang gencar dan berkesinambungan, pengendalian biaya yang sangat baik, penghindaran pelanggan-pelangan marjinal, minimalisasi biaya R&D, Pelayanan, Marketing, dsb.

Karena memiliki struktur biaya yang sangat ketat dan rendah, perusahaan yang menerapkan strategi ini mampu memberikan harga yang lebih rendah bagi produknya dibanding para pesaing, namun tetap mendapatkan laba yang memuaskan. Pangsa pasar yang besar memberikan kekuatan penawaran yang menguntungkan bagi para pemasok/suplier, karena adanya pembelian dalam jumlah besar. Harga yang rendah (murah) berfungsi sebagai “hambatan” bagi pesaing untujk masuk kedalam persaingan, dan hanya sedikit yang bisa menandingi keunggulan biaya ini.
Misal : Strategi yang diterapkan oleh Air Asia dan Lion Air,

DIFERENSIASI
Diferenisasi diarahkan pada pasar luas dan melibatkan penciptaan sebuah produk unik, yang membuat perusahaan menetapkan harga premium. Kekhususan ini dapat dihubungkan dengan citra rancangan atau merek, teknologi, keistimewaan/ciri khas, jaringan kerja penyalur, atau layanan konsumen. Diferensiasi merupakan strategi aktif untuk mendapatkan hasil diatas rata-rata dalam sebuah bisnis tertentu karena loyalitas mereka akan membuat sensivitas konsumen terhadap harga menjadi lebih rendah. “Seberapa elu jual, gw akan beli “.

Naiknya biaya biasanya dibebankan pada pembeli, melalui harga jual. Dalam kondisi ini, loyalitas konsumen menjadi penghalang bagi k ompetitior saat masuk kedalam persaingan. Kompetitor harus mengembangkan keunggulan produk agar tetap bisa bersaing. Misal, soft  ware yang menjadi OS di Smartphone, bisa kita lihat persaingan antara OS Android dan Windows, ROLEX, Pabrikan mobil sport mewah, seperti Ferari, Lamborgini, Porsche, Marcedes, Persaingan dalam industri Ban, Gajah Tunggal, Good Year, Bridgestone, dll, Produk-produk Ponsel ( Samsung, Apple, Blackberry ).

FOKUS BIAYA
Fokus biaya merupakan strategi bersaing yang berfokus pada kelompok pembeli atau pasar geografis tertentu dan mencoba melayani ceruk-ceruk ini, dan mengabaikan yang lain. Dalam menerapkan strategi ini, perusahaan mencari keunggulan biaya pada segmen sasarannya. Strategi tersebut didasarkan pada keyakinan bahwa perusahaan atau unit bisnis yang mengkonsentrasikan upaya-upayanya dalam melayani target strategis yang sempit dengan lebih efisien dibandingkan pada pesaingnya.

Perusahaan mencapai fokus biaya dengan meminimalisasi biaya dan R & D, serta fokus pada upaya pemasaran yang murni hanya untuk ceruk pasarnya.
Misal : Copy Part  komponen electronic, mesin, hardware komputer produksi China.

DIFERENSIASI TERFOKUS
Diferensiasi terfokus, mengutamakan loyalitas customer. Memiliki konsep strategi initernal yang sama dengan “ Diferensiasi “, namun lebih terfokus pada kelompok pembeli atau pasar geografis tertentu.

Misalnya :  Produk Asuransi untuk para pemain sepak bola, Produk chemical pembersih Food Grade untuk Industri makanan, Penjualan Pelumas Food Grade, Atau masih jelas bagaimana persaingan antara ATPM Honda dan Yamaha di hampir semua segmen pasar Motor ( Sport, Bebek manual, Bebek Matic ).

BAGAIMANA DENGAN MANUFACTURE NASIONAL ?
Apa yang disampaikan oleh Porter diatas merupakan kondisi ideal. Perkembangan ekonomi secara Global, mendorong munculnya perusahaan-perusahaan Multinasional, yang berusaha menemukan titik tengah antara strategi Diferensiasi dan Cost leadership. Saya ambil Contoh, iPhone sepintas tampak seperti differensiasi, di aspek teknologi, Riset, dan Marketing pendapat ini benar, bagaimana dengan manufacturingnya ? Bulan lalu hal ini menjadi issue global, saat ditemukan fakta bahwa iPhone di produksi oleh manufacture di Taiwan, Foxconn. Manufacture dengan biaya rendah. Dan banyak Industri di Indonesia, yang memiliki Divisi Riset di jepang, Amerika, Eropa. Termasuk  Industri Otomotif (Mobil, Motor). Apakah ini masih bisa disebut Differensiasi ? Silahkan anda menemukan jawabannya berdasar fakta disekitar kita.

Bagaimana dengan Divisi R&D  dibanyak Industri lokal kita ? Apakah fungsi R & D yang kita miliki masih sejalan dengan apa yang di sampaikan oleh Porter ? yaitu Unit yang berfungsi dalam melakukan Riset dan Development produk, agar produk memiliki keunggulan-keunggulan yang memungkinkan berada di depan kompetitor. Sepertinya baru Pepsodent, yang masih konsisten dengan strategi ini. Kondisi inilah yang mengakibatkan produk lokal kita begitu sulit untuk bersaing, rata-rata industri manufacture nasional tidak memiliki komitmen yang kuat terhadap kebijakan  berbiaya rendah, dan sangat tidak terbiasa dengan kebijakan pengetatan biaya. Saya tidak tahu apakah ini efek dari gaya hidup orang Indonesia yang konsumtif dan sulit untuk berhemat. Tentunya diperlukan penelitian lebih lanjut untuk membuktikan hipotesa ini.

PENUTUP
Berpedoman pada strategi yang disampaikan Porter, Industri manufacture nasional sebenarnya sangat cocok jika menerapkan cost leadership strategy. Pangsa pasar yang begitu besar, dengan rata-rata pendapatan perkapita yang rendah.

Salah satu pedoman yang digunakan untuk menentukan tingkat kesejahteraan dan kemakmuran suatu negara adalah dengan menghitung pendapatan per kapita suatu negara, yaitu besarnya pendapatan rata-rata penduduk di suatu negara. Pendapatan per kapita didapatkan dari hasil pembagian pendapatan nasional suatu negara dengan jumlah penduduk negara tersebut. Semakin tinggi perndapatan per kapita suatu negara, maka makin makmurlah negara itu.

Pendapatan perkapita tertinggi di dunia yaitu Qatar,  $ 93.400 , sedang Indonesia berada di urutan 119 dari 181 negara dengan pendapatan perkapita $ 4.668. Masih mending sih dibanding Kongo yang memiliki nilai pendapatan terendah, yaitu $ 347

Faktanya, Kemampuan Manufacturing Nasional dalam mengendalikan Biaya Internal masih sangat rendah, membuat produk nasional kesulitan untuk bersaing degnan produk Impor. Tentunya ini tidak hanya menjadi pekerjaan rumah bagi pelaku industri, tapi ekonomi biaya tingggi, kebijakan pengurangan pengangguran lewat investasi padat karya yang menghambat penerapan teknologi dan automatisasi dalam lini operasi, disinilah  porsi pemerintah sebagai regulator dan pembuat kebijakan. Saya lebih senang menyebut dengan istilah “Serba Tanggung” dalam menganalogikan  strategi bisnis manufacturing nasional secara umum.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar